Warga Relokasi di Legokkole Kesulitan Air Bersih dan Tidak Ada Listrik
Permukiman relokasi warga Kp Legokkole Desa Rawabogo Kec Ciwidey Kab Bandung. by ist dn
CIWIDEY – Warga Kampung Legokkole Desa Rawabogo Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung, yang merupakan warga relokasi dari Kampung Legokkiara mengeluhkan tidak adanya fasilitas air bersih serta listrik.
Untuk memenuhi kebutuhan air, mereka terpaksa harus mengambil dari kali yang berjarak sekitar 500 meter dari permukiman dan saat malam mereka harus menggunakan lilin untuk penerangan.
Salah seorang warga penghuni Kampung Legokkole, Nana (60) mengatakan, mereka mulai menempati kampung tersebut sekitar sebulan lalu. Keputusan untuk pindah ke tempat itu diambil setelah pemilik lahan di hunian sementara (huntara) meminta mereka segera mengsongkan lahan tersebut.
Padahal sebenarnya, tukas Nana, pemukiman yang disiapkan oleh pemerintah di Kampung Legokkole itu belum dilengkapi dengan listrik dan air bersih.
“Untuk keperluan air bersih sebagian besar warga relokasi ini mengambil ke kali di bawah, yah lumayan jauh dan melelahkan. Di sini juga belum ada listrik, kalau malam yah pakai lilin. Setiap malam rata-rata habis 4 lilin, biaya untuk beli lilin juga lumayan merepotkan kami yang hanya mengandalkan pekerjaan sebagai buruh tani,” kata Nana di kediamannya, Kamis (6/7/17).
Sebenarnya, ia dan warga lainnya betah-betah saja tinggal di kampung relokasi tersebut. Namun sayangnya, karena belum ada listrik dan air bersih, membuat sebagian warga lainnya enggan menempatinya. Sehingga, dari 35 unit rumah, baru delapan rumah yang telah ditempati. Sedangkan sisanya ada yang masih tinggal di rumah lama dan ada juga yang masih menumpang di rumah sanak saudaranya.
“Yah, mau diisi bagaimana kalau tidak ada air dan listrik. Saya sekeluarga juga terpaksa mengambil air dari kali. Terus untuk listrik baru sepekan ini saya dan beberapa rumah lainnya, menyalurkan listrik dari salah satu rumah di kampung lain. Tapi hanya cukup untuk penerangan malam hari seadanya saja, karena kalau pakai banyak juga enggak akan kuat listriknya,”ungkapnya.
Dani (45) warga Kampung Legokkole lainnya menambahkan, warga Kampung Legokkiara dan Bebedahan lainnya yang belum mau menempati rumahnya karena memang belum selesai. Bahan bangunan yang berikan oleh pemerintah seharga Rp 20 juta itu, tentu saja tak mencukupi untuk membangun rumah semi permanen ukuran 5×10 meter persegi. Apalagi, bantuan tersebut hanya berupa bahan bangunan saja, tanpa ada bantuan uang untuk upah pekerja bangunan.
“Bahan bangunan yang diberikan oleh pemerintah itu tidak cukup. Akhirnya kami juga pontang panting cari uang untuk menambah kekurangannya. Rumah saya juga karena sudah tak punya uang, tapi saya perlu tempat tinggal. Jadi, belum selesai juga terpaksa saya tempati. Rumah milik warga lainnya juga banyak yang belum diselesaikan. Ada yang bagian atap, dinding, jendela dan lantainya belum selesai. Tapi karena sudah tak punya uang, yah dibiarkan kosong,” kata Dani.
Untuk sumber air bersih, kata Dani sebenarnya pemerintah berjanji akan membuat sumur dan fasilitas MCK. Begitu juga untuk aliran listrik, di kampung itu telah dipasangi tiang listrik lengkap dengan kabel jaringannya. Namun sayangnya, warga di kampung itu tak mengetahui kapan rencana tersebut direalisasikan.
“Yah, semoga saja secepatnya dilaksanakan. Soalnya kami sangat membutuhkan air dan listrik, kasihan anak-anak,”ucapnya.
Sumber : http://www.balebandung.com/warga-relokasi-di-legokkole-kesulitan-air-bersih-dan-tidak-ada-listrik/